Selasa, 17 Maret 2009

FIRST VERSE: Ch 12: Chronicle Seekers

Daratan Nadir.

Optimus mengendap pelan melewati sekelompok Cora basic yang dipandu 3 BK ellite untuk berburu Bulky Lunker. Tidak, dia tidak akan cari gara-gara dengan para Cora itu. Tujuannya bukan untuk menyerang lawan. Disandangnya sebuah tas dari kain lusuh selebar pohon muda dengan agak susah payah. Dengan langkah cepat namun berhati-hati, Optimus sampai di Reruntuhan Sette. Jemari besinya menyusuri dinding batu reruntuhan dan berhenti disebuah ceruk.

Optimus mengeluarkan sebuah kunci berukiran kuno dari tas dan menancapkannya di ceruk. Seketika batu disebelah Optimus meliuk-liuk membentuk pintu rahasia diiringi bunyi berderak. Tak ingin orang lain melihatnya, Optimus segera memasuki pintu itu dan menguncinya dari dalam.

Dibalik pintu batu Sette terdapat tangga menurun, curam dan licin. Didalam sana begitu gelap sehingga Optimus harus berjalan dengan mengandalkan infra red optiknya. Berjalan dikegelapan seperti itu merubah menit-menit menjadi berjam-jam. Kalajengking dan serangga kecil lainnya terkadang berseliweran diantara kaki Optimus. Namun dia tak memperdulikan hal tersebut. Serangga macam itu sama sekali tak mengancamnya. Dinding batu menggemakan kembali langkah kakinya dengan suara mengancam.

Disadari Optimus bahwa semakin kedalam, udara semakin dingin. Walau pun tak begitu dingin, namun udaranya itu begitu tak bersahabat. Seakan menolak penyusup dan menekan siapa pun yang datang. Melemahkan mental si penakut. Optimus mendapat perasaan bahwa dia di intai bayangannya sendiri. Sementara tas yang di sandangnya bergerak-gerak lemah. Apapun yang ada didalamnya menginginkan untuk segera keluar dari kain lapuk itu.

Akhirnya Optimus tiba didasar Reruntuhan. Sebuah lorong yang dibangun dengan atap tinggi. Disamping kanan-kirinya tergantung obor dari batu merah yang bersinar. Walaupun sudah dimakan waktu, ruangan itu masih bisa dibilang cukup kuat sampai beberapa milenium lagi. Optimus menghentikan langkahnya ketika melihat ada sosok lain menunggu di ujung lorong. Sosok tersebut mengenakan mantel kulit yang menutupi seluruh tubuhnya, menghadap pintu ganda yang beberapa meter jauh didarinya, terpasang di akhir lorong.

Dengan langkah pelan Optimus mendekat. Sosok itu masih membelakanginya. tanpa buang waktu lagi, Optimus berlutut dan menunduk dalam-dalam "Tuan Raxion..." Bisiknya penuh penghormatan. Sosok yang dipanggil Raxion itu berbalik, dari bayangan kerudungnya terlihat sepasang optik jernih berwarna biru terang. Keberadaannya menunjukan kekuatan dan kerendahan hati sekaligus.

"Berdirilah Optimus. Tak perlu formalitas... dan kau juga tak perlu memanggilku Tuan" Kata Raxion dengan tenang sambil menurunkan kerudungnya. Optimus segera berdiri dan mempersembahkan benda yang dari tadi disandangnya di punggung dengan menunduk. "Maafkan saya. Setelah 3 bulan mencari hanya bisa mendapatkan satu Chronicle saja..."

Raxion menerima tas itu dan mengeluarkan isinya. Terlihat sebuah senjata api berbentuk mirip Vulcan, hanya saja terdapat simbol aneh yang mengelilinginya dengan pola lingkaran, serta ranting dan sulur tanaman tumbuh membelit tangkainya "Nature Tronc Vulcan... Kerja bagus Optimus... aku tak menyangka kau bisa menemukannya dalam waktu hanya 3 bulan..." Raxion memperhatikan tiap lekukan di Chronicle tersebut dengan cermat dan kagum "...banyak yang butuh bertahun-tahun untuk mendapatkannya... Aku sendiri menghabiskan waktu setengah tahun untuk mencari sebuah anak panah..." Optimus merasa tersanjung, dia berkata dalam kerendahan hati "Terima kasih, Raxion, anda baik sekali..."

"Kau agak pemalu ya, Optimus?" Raxion mengeluarkan suara seperti terkekeh "Maaf telah merepotkanmu, dan terima kasih sudah mau membantuku mencari Chronicles ini. Sekarang, sudah saatnya bagimu untuk mengetahui dengan siapa saja aku berkerja sama--"

Nature Tronc Vulcan itu tiba-tiba 'menggeram'. Perlahan sulur tanaman yang membelit tubuhnya merayapi tangan Raxion dan membelenggunya kuat-kuat. Optik Optimus mengecil fokus. Dia menyentuh tangkai kapaknya, bersiap menghadapi apapun dari Chronicle itu. Tapi Raxion tenang-tenang saja. Tak terlihat sedikit pun kekhawatiran ataupun keterkejutan. Dengan kalem, Raxion berkata,

"Calmar..." Dan sulur itu pun berhenti, namun tetap bergerak-gerak gelisah "Revelan, Nature Tronc Vulcan" Sulur tersebut tertarik kembali kedalam Vulcan diikuti cahaya merah terang yang mendesak warna hijau gelap Vulcan keluar dari cangkangnya. Sesosok transparan terlihat melangkah mundur dari hadapan Raxion. Tubuhnya dipenuhi aura hijau gelap berhiaskan tanaman rambat. Wanita dengan tubuh indah, tinggi semampai. Rambutnya yang pirang gelap selembut sutra menutupi separuh matanya dengan anggun, tertahan di pundaknya yang mungil sebelum meluncur lembut sampai pinggang.

Wanita Corite itu menatap Raxion dengan tatapan berhati-hati. Bersiaga. "Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu, Nona" Kata Raxion kalem menjawab kewaspadaan shadow itu. Si Shadow tidak menurunkan kewaspadaannya. Tapi Raxion tak merasa terganggu "Turunkan kewaspadaanmu, Nona shadow. Itu sama sekali tidak perlu"

"Kau... kalian Accretian..." Kata si shadow setelah diam cukup lama "Accretian selalu haus kekuasaan. Aku tak percaya pada bangsa robot" Raxion 'tersenyum' "Kalau begitu, bisakah kau percaya pada kami kalau yang mengatakan bangsa Cora?"

Mata shadow itu terbelak. Walau pun terkejut dan marah, dia tetap bisa mengendalikan emosinya tanpa merusak gestur tubuhnya. Sebagaimana tipikal wanita sopan bangsa Cora. "Apa maksudmu?" Tanya Sang Shadow tegas dan menusuk. Raxion mendekat, tentu saja si Shadow langsung menjauh. Namun kemudian Raxion mengulurkan Nature Tronc kepada si Corite.

"Kalau kau masih tak percaya, kau bisa memegang senjatamu. Dengan begitu kau bisa mempertahankan dirimu kalau kami menyerangmu. Walau pun, sungguh, kamu tidak mempunyai niat itu sama sekali" Raxion melanjutkan "Kami ingin anda ikut dengan kami sebentar"

Dengan kecurigaan, Shadow itu mengambil Nature Tronc dan memosisikan senjatanya dengan sedikit terburu-buru. Optimus bergumam kagum dalam hati melihat ketenangan Raxion dalam 'menjinakan' Chronicle itu. Dia teringat bagaimana awal dirinya menemukan Chronicle itu dan proses 'pengepakan'nya untuk dibawa kemari. Prosesornya terbakar karena malu. Cara yang dilakukannya agak lebih... kurang senonoh, dibandingkan dengan cara Raxion.

Mereka berjalan menyongsong pintu ganda di ujung lorong tersebut, dengan catatan, si Shadow menolak berjalan di depan dan memilih mengawasi dari belakang. Walau pun itu melanggar etis 'lady's first'. "Maafkan saya..." Gumam Optimus pelan pada Raxion "Kenapa harus minta maaf?" tanya Raxion heran "Untuk mendapatkannya, saya melakukan cara yang kurang layak... mungkin itulah penyebabnya dia tak percaya pada anda, tuan..." Ucapnya lirih dengan kepala menunduk malu "... aku sudah menyusahkan anda..."

Raxion tertawa pelan "Lalu untuk apa kau meminta maaf padaku? Kalau kau merasa bersalah, minta maaflah pada Shadow itu" Optimus langsung memikirkan kata-kata apa yang akan di ucapkannya. Setelah merangkai kata yang cukup, layak, menurutnya, dia membalikan badan menghadap Shadow itu.

Namun si Shadow memberikan tatapan dingin sambil mengarahkan Vulcannya kepada Optimus. Bibirnya melengkung tak suka. Teori bahwa Cora itu pemaaf dengan pengecualian terbukti kebenarannya. Optimus menggaruk bagian belakang kepala metalnya. Hanya kebiasaan kalau dia merasa salting waktu jadi manusia. "Uh, mungkin nanti saja kalau dia sudah tenang" Raxion menambahkan dengan buru-buru begitu melihat situasinya.

"Beri tau aku, Optimus. Apa yang sebenarnya kau lakukan waktu itu?" Tanya Raxion dengan nada penasaran. Lagi-lagi Optimus menggaruk belakang kepalanya. "Waktu itu saya menemukannya di Rawa Sunyi, terkubur di bawah lumpur. Mungkin dia sedang dorman, karena dia tak mencoba 'menyusupi' saya sama sekali. S-saya paling tak suka melihat senjata dalam kondisi tak layak. Ma-maka dari itu saya..." Optimus berhenti sebentar, sedikit melirik kebelakang "Saya mencoba membersihkannya dan mulai mepreteli pelindung Vulcan, seperti prosedur biasa untuk membersihkan senjata..."

Kalau Optimus masih berupa mahluk berdaging, wajahnya pasti merah padam "Tepat pada saat saya sudah mempreteli pelindungnya hingga yang ada berupa rangka utamanya saja. Tiba-tiba saja sosok Vulcan itu menampakan dirinya, bangkit dari dormannya, untuk merasuki saya" Perkataan Optimus selanjutnya bervolume lebih pelan "S-saya tidak tau kalau dengan membuka pelindung Vulcan bisa mempengaruhi tampilan Shadownya..."

Raxion tertawa geli. Optimus bisa merasakan tatapan Shadow itu melubangi punggungnya. "Lalu, apa yang kau lakukan setelahnya?" Tanya Raxion susah payah mengendalikan audio prosesornya "S-saya sempat terpana. Dan Shadow itu baru sadar setelah melihat pelindung Vulcannya yang tergeletak di tanah terpisah dari badan utamanya... U-untungnya saya berhasil membawanya kemari tanpa ada yang terluka, uh, berat... somehow..."

"Wah, kalau begitu kejadiannya, sepertinya aku tak bisa membantumu banyak, Optimus" Raxion 'tersenyum' geli sambil menepuk pundak Optimus, Optimus hanya bisa mencelos "Well, good luck on that!" Tambah Raxion riang.

Mereka tiba didepan pintu ganda. Pintu itu kelihatan kokoh, berdiri tegak dengan gagahnya. Pintu yang mengisyaratkan bahwa apapun yang datang mendobraknya, sekali pun MAU tercanggih atau sarana lain, dia tetap bediri tegak membatasi lorong ini dengan ruangan yang ada didalamnya.

Raxion membelai daun pintunya dan berbisik pelan "Grant me your permission as... your guest. Abrir!" Serabut cahaya merah terang menjalar di permukaan pintu dengan menyeluruh. Pintu pun terbuka perlahan diiringi suara bergemuruh. Ternyata di balik pintu tersebut terdapat ruangan bundar dengan struktur mirip ruang briefing. Kursi dari batu mengelilingi meja batu bundar yang berukir. Lantainya dari marmer. Di dinding dan atap yang tinggi terlukis oleh arang hitam simbol-simbol kuno.

Batu merah tetap menghiasi dinding. Batu bersinar itu juga berada di tengah meja yang menjadi pusat ruangan tersebut. Letak batu tersebut tertanam di ceruk bundar dan disangga tiang berukir. Tiap batu memancarkan nuansa eksotis. Dan di salah satu kursi mewah itu duduk seorang wanita yang dijaga oleh pria bertubuh tinggi.

"Ah, akhirnya kau datang juga, Tuan Raxion" sapa wanita itu lembut. Tak diragukan lagi kalau wanita itu Corite. Rambutnya hitam sepanjang punggung, sebagian menutupi mata kiri. Setengah rambutnya di gelung berhiaskan tusuk konde yang indah. Matanya sayu berwarna merah gelap dan gerak tubuh yang lembut. Kepribadian yang kalem, penuh kesopanan, menjaga tata krama, dan menjunjung tinggi kehormatan. Kulitnya putih seperti salju murni Ether.

Sedangkan pria yang berdiri tegap di belakangnya memakai seragam Black Knight level tinggi. Perawakan keras namun dingin. Rambutnya di kucir sekedar agar tak mengganggunya di saat bertarung. Matanya menatap dingin namun waspada. Wajahnya nampak muram. Namun dari pancaran matanya menunjukan bahwa dia rela membuang nyawa dan angkat perisai untuk melindungi majikannya. Optimus sempat ragu, apakah dia ini mahluk hidup atau patung, karena dia sama sekali tak kelihatan ada gerakan.

"Maaf membuat anda menunggu, Nona Shireeka" Kata Raxion sambil memberi hormat ala Cora. Optimus membebek saja apa yang dilakukan Raxion. Shadow yang tadinya berada di paling belakang segera maju kedepan dan memberi hormat "Your highness!"

"Sudah, tak perlu formalitas. Kalian semua" Kata Shireeka kalem "Silahkan duduk dulu, Tuan Raxion, dan..." Shireeka menoleh pada Optimus, dengan segera Optimus menjawab "Optimus Prime" Shireeka mengangguk dengan senyuman "Tuan Optimus. Silahkan! Silahkan duduk" Tangannya melambai pada kursi-kursi kosong disebelahnya "Lalu kamu, Nona Shadow, sini duduk dekatku" Raxion segera mengambil tempat duduk berseberangan dengan Shireeka. Optimus disebelahnya, berhadapan dengan si Shadow yang tetap mempertahankan tatapan dingin menusuk padanya.

"Bagaimana kabar anda, Nona Shire?" Raxion mengawali pembicaraan "Saya baik-baik saja, Tuan. NoPerfect ini selalu menjaga saya sampai hal yang sepele" Shireeka melirik NoPerfect dengan senyum riang "dia teman yang baik. Cuma agak pemalu" NoPerfect bergerak pelan. Namun tak menunjukan perubahan ekspresi yang signifikan. wanita itu melanjutkan "Bagaimana dengan kabar anda sendiri, Tuan? Baik tentunya, saya harap?"

"Sangat baik. Fakta bahwa sekarang saya mempunyai asisten dalam mencari Chronicle yang hilang membuat hari-hari saya lebih menyenangkan dan mudah" Raxion menepuk punggung Optimus. Yang lagi-lagi membuat Accretian itu menggaruk belakang kepalanya.

"Oh my, aku bisa tau bahwa dia orang yang baik Tuan Raxion. Anda beruntung mempunyai asisten jujur dan gigih sepertinya" Shireeka memuji "Memang," Raxion mengiyakan dengan nada riang "dia sangat membantu" Optimus merasa sirkuitnya meleleh, dengan tertunduk dia menyangkal "Terimakasih... Anda semua terlalu memuji..."

"Baiklah, sudah cukup basa basinya... Nona Shireeka... seperti biasa. Saya datang membawa dua Chronicle. Satu ditemukan oleh Optimus, Shadownya sedang duduk disebelah anda sekarang, satu lagi..." Raxion berdiri dan mengeluarkan sesuatu dari jubahnya. Sebuah anak panah yang dirantai oleh baja berwarna hitam. Panjangnya setengah meter dan memiliki lekukan-lekukan aneh dan mengerikan. Di bagian mata anak panahnya terlihat sangat tajam, bahkan mampu merobek armor warrior level tinggi sekalipun. Anak panah itu mengeluarkan aura beracun yang mematikan.

"Envenenar Flecha... Ini cukup berbahaya, Tuan Raxion... Anak panah ini bisa menyebarkan racun dalam radius 100 meter dan melubangi armor Black MAU..." Shireeka menyentuh ujung-ujung Envenenar. Seketika panah itu meraung dan bergetar. NoPerfect bersiaga. Begitu juga dengan Optimus dan Shadow Nature Tronc "Jika digunakan bersamaan dengan Panah, pasti akan menghasilkan sesuatu yang mengerikan..." Lanjut Shireeka.

Anak panah itu tetap meraung. Tubuhnya mengeluarkan aura ungu tua "Calmar!" Seru Shireeka, raungan itu berubah menjadi geraman pelan "Revelan, Envenenar Flecha!" dari tangan Shireeka keluar cahaya hijau lembut yang menyelubungi aura ungu tua milik Envenenar. Sesosok bayangan meloncat keluar dari Envenenar dan meraung-raung seperti orang kesetanan.

"Calmarse Envenenar!!" Teriak Raxion mengatasi ulah Shadow anyar itu. Shadow itu langsung diam, namun wajahnya menghina semua yang ada disitu. Sepertinya dia seorang Cora, namun wajahnya terdapat banyak cacat, badannya melepuh dibeberapa bagian. Matanya menatap beringas, bibirnya melengkung buas. "Mau apa kalian mahluk rendah?!!" Bentak si Shadow.

"Kami disini untuk membantumu Envenenar. Turunkan kekuatanmu" Ucap Shireeka tegas dan kalem. "Bantuan?! Bantuan?!" Si shadow itu tertawa sinting. Baik Optimus dan NoPerfect bersiap menjaga majikan masing-masing. Sedangkan Nature Tronc menyipit jijik kepada mahluk sejenisnya. "Satu-satunya bantuan yang bisa kau berikan adalah melepaskanku, wanita jalang!! Sebelum wajah cantikmu kulepuhkan dengan racunku"

NoPerfect menghunuskan SI Cycle Knifenya ke tenggorokan si Shadow "Sekali lagi kau menghina Nona Shireeka, akan kurobek mulut busukmu itu dan memotongmu sampai satuan terkecil!" Wajah NoPerfect yang tidak berekspresi berubah menjadi serigala malam yang bersiap mencabik mangsanya. Amarah menggelak darinya. "NoPerfect!" Shireeka menegur NoPerfect. Envenenar menghina Shireeka, itu sudah jelas. Kendati demikian, wanita terhormat itu sama sekali tak menunjukan amarah.

Dengan enggan NoPerfect menurunkan pedangnya "Dia menghinamu, Nona... aku..." Shireeka mendesah "Kau harus bisa lebih mengendalikan dirimu, NoPe..." NoPerfect tertunduk malu "Maafkan hamba"

Optimus berpikir dalam hati. Kadang-kadang NoPerfect lebih terlihat seperti budak. Bukan karna perlakuan Shireeka. Tapi lebih karna kefanatikannya pada wanita ini. Optimus jadi berpikir, apakah semua Cora memiliki kesetiaan yang berlebihan seperti ini? Kemudian dia teringat Nature Tronc dan Envenenar. Mungkin terkadang Corite memang berlebihan (kayak bangsa laen nggak ada yang lebay aja... -_-")

"Biarkan aku yang menghadapi ini..." Kata Shireeka kalem. Envenenar mencibir "Hoo, klasik... pengabdian pengawal pada majikannya... Ha! Lebih mirip seperti hewan peliharaan dan pemiliknya! Kau cuma belum tau bahwa kamu hanya dimafaatkan, Black Knight. Dia akan membuangmu setelah selesai denganmu. Apa lagi wanita 'cantik' sepertinya, pasti mudah menjerat lelaki lain. Kau tidak lebih dari 4nj1ng peliharaan" Tangan NoPerfect mengepal. Terlihat jelas dia tersinggung. Namun tak berani berkata karna teguran Shireeka tadi.

Shireeka berdiri dari kursinya "NoPerfect bukan budak saya. Tolong jangan pernah menganggapnya begitu, apalagi merendahkannya. Saya ingatkan... Saya di beri jabatan Wakil Archon Tim Pertahanan bukan tanpa apa-apa... Kalau anda merendahkan, menghinanya, atau siapa pun yang ada disini lagi, saya sendiri yang akan turun tangan mengajari anda sopan santun. I meant it" Tegur Shireeka sopan, namun mengancam tegas "Sekarang, silahkan anda tenang"

Envenenar terdiam. Jelas dia terpukul mundur. Dia begitu marah, namun tak berani membalas. Nampaknya fakta bahwa Shireeka seorang Ketua Tim Pertahanan membuat Envenenar ciut juga. Nampaknya dia cukup bijaksana untuk tidak cari masalah, walaupun, tetap saja dia menggerutu.

"Saya benar-benar ingin membantu anda, Tuan Shadow. Kami semua yang ada disini ingin membantu anda. Anda masih tinggal di dunia ini setelah anda mati, pasti ada penyebabnya. Kami ingin membantu anda menuntaskan keinginan anda yang tak tersampaikan" Jelas Shireeka. Envenenar mendengus "Apa maksudmu? Aku cuma ingin tinggal lebih lama disini. Hidup kekal bukan ide yang buruk. Sekalipun sebagai penghuni Chronicle. Lagipula aku bisa dapat hiburan gratis dari orang-orang yang menginginkan kekuatanku," Envenenar tertawa "orang-orang bodoh itu bisa kupermainkan sesuka hati sebelum kubunuh"

"Benar-benar bajingan lemah mereka! Apa pun yang kukatakan selalu dipenuhi! Bahkan membunuh atau memperkosa temannya sendiri dilakukan!! Mereka tidak sadar kalau kubuat mati perlahan dari dalam. Ujung-ujungnya mereka saling bunuh. Aku bahkan tak perlu memberikan seperempat dari kekuatanku! Hahaha!!!"

"Kau sinting! Kau menjijikan!" Umpat Nature Tronc. Agaknya dia begitu terintimidasi oleh perkataan Envenenar. Sebagai sesama Shadow, dan sesama Cora, dia merasa malu pada Lady Shireeka. "Munafik! Kau sendiri juga begitu kan? Apa coba alasanmu masih tinggal didunia ini??" Ucap Envenenar sambil mengacungkan jarinya. "Itu bukan urusanmu!! Yang jelas, aku tak pernah melakukan hal biadab seperti yang kau lakukan!!" Nature Tronc terbawa emosi, sulur yang menjalari tubuhnya menegak, siap menerjang Envenenar "Harusnya kau malu! Oh Decem, kenapa kau ciptakan mahluk seperti dia? Kau bahkan tak pantas menjadi Cora!!" Nature menambahkan dengan nada sebal.

"Tak pantas jadi Cora hah? Siapa bilang aku senang jadi Cora?! Lebih baik aku jadi Accretia yang tak berhati!!" Bentak Envenenar. Optimus menyernyit, kalau punya lekuk wajah. Dia sudah menduga,dan tau sepenuhnya, kalau bangsa lain sering kali salah mengartikan Accretia sebagai bangsa robot tak berhati atau pun emosi. Itu sama sekali tidak benar. Optimus hendak mengutarakan sangkalannya kepada Envenenar, tapi Taxion mencegahnya "Biarkan saja... Nanti dia mengerti sendiri kalau kita, bangsa Accretia, juga bisa mencinta dan membenci... Untuk sekarang, biarkan Shireeka menangani ini..."

"Decem? Omong kosong macam apa Decem itu?! Dia bahkan tak nyata!!" Envenenar mulai berkoar lagi "Kau!! Jaga mulutmu!!" NoPerfect membentak. Itu tak menyurutkan Envenenar "Aku benar kan?! Nyatanya, dimana Decem ketika Cora mengalami wabah dan paceklik? Dimana Decem saat Cora tertindas bangsa lain?? Dimana Decem saat party ku dibakar Bellato di Volcano Cauldron selama 7 hari penuh?? Dimana Decem ketika aku dalam kesusahan?! Dimana Decem selama 24 tahun aku disiksa oleh bangsaku sendiri?!!"

"Dan kau!!" Envenenar menunjuk Shireeka "Aku tak sudi di perintah perempuan macam kau!! Go ahead and kill me if you like! Setelah kupikir-pikir lebih baik menghilang dari dunia ini selamanya dari pada diatur oleh pelacur macam kau!! Orang yang hanya bisa memperalat penjaganya"

"Silencio" Shireeka berkata pelan. Seketika suara Envenenar hilang. Namun Shireeka tak berbuat lebih jauh, dia kembali duduk kekursinya dan mendesah "Jadi itu masalahmu? Kau punya kenangan buruk dengan orang yang kau jaga... Oleh seorang Mistress, ya?" Shireeka melanjutkan pelan. Envenenar sedikit kaget, namun tak bersuara oleh mantra yang diikat Shireeka "Nampaknya hal itu membuatmu membencinya. Kau terlalu menyayanginya, tapi dia menyia-nyiakan kepercayaanmu... Orang macam apa dia? Menyakiti Guardiannya sendiri..."

"... honradez, jawab pertanyaanku dengan jujur. Sebab kata kuno ini mengikat lidahmu dari kebohongan." Ucap Shireeka dengan nada tegas "Apakah itu yang kau inginkan? Membalas dendam-mu pada si Mistress itu?" Envenenar mencoba untuk diam, tapi mulutnya berbicara sendiri "... aku sudah membunuhnya, ratusan kali di anganku... hanya saja aku tak sampai hati untuk menjadikannya kenyataan"

"Lalu apa tujuanmu menghuni Chronicle?" Shireeka bertanya dalam nada lebih lembut kali ini. Envenenar menekap mulutnya, berusaha menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutnya, dan di pastikan, gagal total "Tidak tau... sejak aku mati dan menghinggapi Chronicle, aku mencarinya untuk balas dendam... namun yang kutemukan hanyalah makam. Dia sudah mati. Kehilangan tujuan, aku melampiaskan dendamku pada orang-orang tolol pencari kepuasan instan"

Optimus tertegun, Ternyata kekuatan Ancient Words bisa membuka rahasia tergelap kita! Dalam hati dia mulai bertanya-tanya apakah semua orang bisa menggunakan bahasa itu. Raxion membaca pikiran Optimus, dia menghubungi Optimus via-whisp "Aku tau apa yang kau pikirkan... Kekuatan ini memang mengerikan sekaligus hebat. Namun tak semua orang bisa menggunakannya. Jadi kau tenang saja, ini bukan hal yang umum"

Setelah mendengar pengakuan Envenenar, Shireeka melepaskan belenggu sihirnya. Envenenar terduduk dilantai dengan muka tertunduk. Kesal, marah, jengkel, sekaligus lega dan ringan karena telah mengungkap ganjalan hatinya selama bertahun-tahun "... si4l..." umpatnya pelan. Shireeka berlutut disamping Envenenar "Kau telah melewati banyak hal... Aku bisa membantumu untuk pergi ke dunia sana... jika kau mau"

Envenenar menggeleng "Sebagian diriku yakin wanita jalang itu masih hidup di suatu tempat. sebelum aku benar-benar yakin dia sudah mati, aku tak mau pergi dari dunia ini. Sekali pun untuk memastikan kebenarannya harus dengan membongkar ribuan kuburan"

"Kalau begitu," Shireeka tersenyum "Bersediakah kau mengadakan kerja sama? Aku akan mencarikan vessel yang tepat untuk mu. Lalu kau membantunya untuk tujuan kami. Tapi ingat, vessel pilihan kami sangat berharga, tolong jangan di sia-siakan" Envenenar terdiam, masih agak shock sebelum dia menjawab asal "Yah, terserah kaulah"

Shireeka berdiri. Dia menutuo kedua matanya, berkonsentrasi. Kedua tangannya sedikit terbentang kesisi badannya. Simbol sihir terbentuk dibawah kakinya berpijak. Dengan khidmad, Shireeka berucap "Valyti..."

Envenenar berubah menjadi sebuah anak panah lagi. Namun desainnya lebih manusiawi dan tak menebarkan hawa meracuni. Paling tidak untuk siapa pun yang akan menjadi vesselnya. Shireeka mengambil panah itu dan menguraikan partikelnya hingga muat dalam tasnya yang kecil. wanita itu kemudian berpaling pada Nature Tronc. "Lalu, ada yang bisa kubantu, Nona Shadow? Apa keinginanmu yang tertunda?" Tanyanya lembut.

Nature Tronc menjukan sikap rendah diri "Sungguh, your highness, saya tak pantas mendapat perlakuan yang begitu baik dari anda... Tapi, satu hal yang membuat saya tak bisa meninggalkan dunia ini adalah..." Sejenak Nature terlihat bimbang "Saya tak bisa meninggalkan dunia fana ini sebelum saya melihat Yggdrasil berbunga..."

"Oh? Kenapa kamu sangat ingin melihatnya?" Tanya Shireeka sekali lagi "Karena saya sudah membuat janji dengan seseorang untuk melihat bunganya mekar bersama-sama... Dulu kami sering mengikuti festival dan peringatan musikal di Yggdrasil untuk membuatnya tumbuh... Bolehkah? Lady Shire?" Jawab Nature Tronc malu-malu. Shireeka tertawa renyah "Tentu saja boleh! Malah, aku juga ingin melihatnya berbunga..."

Nature Tronc membungkuk "Terima kasih, Lady Shire! Terima kasih!" Kemudian Shireeka melakukan proses purifikasi kepada Nature Tronc juga. Setelah berbincang sebentar dengan Raxion, Shireeka berpamitan. Dia sebenarnya sempat mengajukan tawaran untuk menteleport, namun Raxion dengan halus menolaknya. Semua Chronicle diperceyakan pada Shireeka. Sementara Corite pergi dengan Decem Gate, para Accretian kembali menaiki tangga untuk keluar dari reruntuhan. Optimus memutuskan untuk membuka pembicaraan "Maaf, Tuan Raxion, siapa wanita itu?"

Raxion menjawab santai "Dia adalah Lady Shireeka Raudona... Atau lebih dikenal sebagai Crimson Shire. Seperti yang kau tau, dia wanita terhormat dari keluarga bangsawan. Mungkin kau mendengar istilah Mistress tadi. Itu adalah sebutan untuk wanita bangsawan yang mendapat berkat dari Decem. Setiap Mistress biasanya mempunyai dua atau lebih Pelindung. Oh, dia juga seorang Ketua Tim Pertahanan dengan job Dark Priest"

"Crimson?" Ulang Optimus tak paham "Apakah dijuluki begitu karena warna matanya?" Raxion menggelengkan kepala "Oh, tidak... There's more to her than meets the eye. Sebaiknya kau tak berharap melihat alasan kenapa dia dijuluki Crimson. Karena pada saat itu, hanya sedikit saksi mata yang selamat"

Optimus terdiam. Kemudian dia berkata "Lalu, apa langkah kita selanjutnya, Tuan Raxion?" Raxion menjawab pelan setelah berpikir sejenak "Sebaiknya tetap pada mencari Chronicle yang hilang. Sebelum keduluan Herodian. Lalu, jangan panggil aku Tuan lagi, Opti... itu membuatku merinding..."

"M-maaf, tu--maksud saya, Raxion" Optimus segera meralat. "Tidak apa-apa" sedetik kemudian Raxion bagai menyadari sesuatu "Oh, ya Optimus. Kau punya teman yang bisa diandalkan untuk jadi mata-mata di Accretia?" Optimus mengecilkan optik "Saya tidak mempunyai cukup banyak teman sewaktu di Empire... Tapi saya kenal satu orang yang mungkin bisa membantu..."

Optimus melanjutkan "Scientist. Namanya SilverDoom. Meski pun dia masih gemar membantai monster, tapi nafsunya untuk membunuh bangsa lain sudah berkurang drastis. Kurasa dia cukup aman diberi tugas ini... akan kucoba apakah aku bisa meyakinkannya"

"SilverDoom... namanya mengingatkanku pada Striker yang cukup terkenal dulu..." Raxion menerawang sekilas "Baiklah, tolong kau hubungi temanmu itu ya" Optimus memberi hormat pada Raxion "Affirmative, sir!"

"kalau begitu, aku minta tolong padamu, ya Optimus" Kata Raxion mantab memberi semangat pada Accretian muda itu. Akhirnya mereka tiba di dalam reruntuhan atas. Raxion pergi kearah Volcano Cauldron. Sementara Optimus pergi kearah koloni Accretia...

****
Accretian HQ.
Udara yang panas membakar di koloni ini sama sekali tak mempengaruhi aktifitas para metal berjalan. Disudut markas yang sangat besar itu, terlihat seorang Acc dengan armor ranger lv 37-an mengendap-endap menuju sebuah klinik reparasi. Di bawanya sebuah tas besar. Setelah dengan sukses masuk kedalam klinik reparasi, dengan hati-hati dia meletakan tas tersebut di storage.

"Gimana kak? Udah selesai?" Suara tanya itu datang tiba-tiba membuat si pengendap-endap melompat 20 cm keudara "Sialan kau Frey!! Kukira siapa tadi!!" Kata si acc itu dengan marah-marah. Frey, atau Freygon, atau kode: FR31-0N duduk diatas meja operasi sambil terkekeh. "Habis kk lama sekali sih pinjam 'barang'nya... Untung bos lagi nginep di Ether, tiket pulangnya hilang dan semua Dementer sudah berpulang kemarkas... Coba kalau bos sampe duluan... dicincang abis deh, jadi besi rongsok... atau mungkin kau dijadikan bubuk Deterjen..."

"Masak bos tega nyincang anaknya sendiri??" si acc pengengendap-endap meremehkan. Kodenya 3XED7R nicknya EXDetermenetion, panggilanya ExDet. Gunner. "Ya bisa tega lah... secara wa kan Accretia gitu..."

Terdengar suara yang begitu mengerikan, hingga dapat membuat Flem berlarian takut. ExDet mengumpat pelan dalam hati. Lalu dengan penuh ketabahan, dia pun memutar badannya kebelakang dan menemukan sesosok bosnya berdiri dengan tangan terlipat didada.

"He he he... udah pulang bos...?" ExDet tertawa kaku, core nya berdetak kencang memikirkan reaksi yang akan dikeluarkan si bos. "Kau dalam masalah besar, nak. Kujamin itu" Kata si bos sambil menodongkan jari telunjuknya. Kemudian dia berpaling pada Freygon "Selamat atas kelulusanmu sebagai Assaulter. Nilaimu cukup memuaskan" Freygon mengangguk bersemangat "Makasih bos!"

"Trus kapan kamu jadi strikernya?! Ga lulus-lulus, padahal kamu kan kakaknya Freygon! Ga malu apa?! Sekarang malah curi-curi pinjem Armor gue... Lu bawa ke Ether kan?! Itu masih versi prototype!! Klo ketauan dewan bisa disita itu! Apalagi klo ketawan bangsa laen. Siap-siap mampus lu ditangan gue!!" Kata Bos marah-marah sampai kabel suaranya tegang semua "A-ampun bos Doom... kan cuma tes..." ExDet berdalih, memikirkan suatu alasan agar dia bisa lolos dari cincangan Doom "Armornya bagus lo bos! Itu gabungan armor ma weapon ya? Kok tanganku di Ether bisa berubah jadi canon gitu? Hebat bos lo bos!! Bos keren deh bisa nyiptain armor kek gini!" Puji ExDet.

Doom luluh juga sama pujian itu "Hmph! Ya sudah! Semuanya sudah terlanjur..." Doom berjalan menuju storage untuk mengecek armor ciptaannya itu. ExDet langsung menghalangi jalan Doom "A-armornya bagus kok bos! walaupun rada tipis klo buat TB, tapi ringan banget dan meningkatkan kecepatan berjalan 3x lipat bos!!" Doom tetap berusaha lewat "Iya tau... Trus kenapa lu halangin gue?? Minggir sono..." ExDet tetap tak beranjak, malah bergerak kek akanan ke kiri bagai pemainbasket yang menghalangi lawannya mencetak angka "B-bos nggak capek abis dari Ether? Minum oli dulu yuk!"

Freygon yang melihat hal itu tertawa dalam CPU. Doom lama-lama jadi kesal "Oi! Plis deh!! Robot mana bisa cape? Yang ada kehabisan batere!! Sekarang minggir kau! Ato mau nyobain rasanya dipretelin buat pajangan onderdil di klinik, hah?!"

ExDet pasrah akhirnya. Dia bergeser kesamping dan membiarkan Doom melewatinya. ExDet kemudian berjalan kebelakang Freygon dan bersembunyi di balik meja... dan... "EXDETERJEEEN!!!!! LU APAIN ARMOR PROTOTYPE GUE?!!!!!" Teriak Doom kenceng banget hingga menggetarkan seluruh perabot klinik setelah mengetahui bahwa ada kerusakan lumayan parah di beberapa titik armornya, terutama dibagian leher yang sudah tak berbentuk.

Kemudian Doom mengeluarkan SI Field Lance nya dan mengejar ExDet. ExDet yang mengetahui gelagat berbahaya itu langsung ambil kaki seribu tunggal langkang "AMPOEN BOS!!! ga sengajaaa!!!!! Tadi wa liat ada Bellato cewe di serang Acc aneh bos!! Makanya wa bantuin cebol itu!! Kesian bos!!" Kata ExDet melakukan pembelaaan. Doom yang mendengarnya optiknya membelak nyaris keluar dari framenya "You WHAT?! Bantuin cebol dan nyerang bangsa sendiri??!!" ExDet memukul dahinya "B-bukan bos!! Maksudku, nggak ada yang tau kan?! La wong Acc nya udah mati!!"

"WHAT?!!! MATI?! Code: 3XED7R Triari EXDetermenetion, YOU'RE SO MUCH IN 'BIG' TROUBLE!!!" Doom tambah tak percaya. ExDet memukul-mukul kepalanya dengan frustasi "A-ampun bos!!!" Mereka pun berkejaran mengitari ruangan klinik itu. Sesekali Doom melemparkan perabotan ke arah ExDet yang dihindari dengan mulus oleh ExDet. Sementara Freygon tertawa terbahak-bahak sampai tank olinya hampir bocor dan optiknya berembun.

Tiba-tiba komunikator Doom berbunyi. Dia pun berhenti mengejar ExDet dan membuka komunikatornya. Sementara ExDet bersembunyi dibalik Charger Pod "G-gencatan senjata bos?" Ucapnya lirih.

Doom membaca pesan itu dengan sesama. "...sh1t... dasar Optimus..." Umpatnya pelan "Kenapa bos?" Tanya Freygon keheranan. Doom meletakan FL nya di meja sebelah Frey sembari berkata "Noh, hadiah buat lu..." Frey langsung bersorak "Tengkyu bos!"

Scientist itu kemudian mengambil SI MLnya dan berjalan kearah pintu keluar. Sebelum pergi, dia berbalik "Kalian bakal aku tinggal sebentar. Jangan nakal!! Ntar kakak-kakak lu wa suruh kesini" Katanya "Oh ya, Ex, bersihin semua kekacauan ini. Harus udah selese sebelum kakak lu dateng..." Doom meninggalkan klinik diikuti tatapan melas dari ExDet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar